Oleh : Heri iswandi, S.EI
Perjalanan manusia yang tak kunjung ada ujunganya memaksa untuk berpacu dengan waktu, pagi siang malam bukan lagi menjadi persoalan, demi untuk mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya. Individu maupun kelompok berjuang demi mendapatkan sesuatu yang diimpikannya. Namun, ada satu hal yang menarik dalam hidup ini, “yang jauh begitu nampak dan yang dekat kurang nampak” , dewasa ini, istilah tersebut bukan hal baru lagi, akan tetapi justru hal tersebut telah banyak dilupakan oleh sebagian besar manusia saat ini. Mungkin karena waktu yang begitu cepat sehingga manusia tidak lagi melangkah perlahan-lahan, akan tetapi langsung melakukan lompatan yang begitu jauh, padahal ada yang lebih pasti dan jelas dari setiap langkah tersebut.
Seseorang beraktifitas setiap hari tentu ingin mendapatkan hasil, persoalan hasil yang seperti apa, tergantung dari tujuan sebelumnya. Akan tetapi, sebagian besar aktifitas yang dilakukan tiap hari tentu ingin mendapatkan kesejahteraan dunia akhirat. Tidak terlepas dari tujuan awal, bahwa imbas dari kesejahteraan tersebut adalah kebahagian dan kedamaian. Dan tentunya, untuk mencapai itu semua, rasa syukur yang mendalam perlu ditingkatkan, salah satunya adalah berbagi syukur terhadap sesama. Apalagi dinyatakan secara tegas dalam al-qur’an bahwa "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"[1]. Bentuk rasa syukur tersebut adalah berbagi terhadap sesama. “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang berguna terhadap manusia lain”, apalagi yang kurang dalam hidup ini, tidak perlu melangkah terlalu jauh untuk mendapatkan kesejahteraan, mengamalkan ayat tersebut sudah menjadi langkah awal dalam mencapai kesejateraan, dan tentunya kebahagian dan kedamaian menjadi milik kita.
Apabila kebiasaan berbagi sudah melekat dalam diri seseoran, maka hal itu akan dijamin oleh AllahSWT yang akan terus mengalir resekinya yang tidak terduga-duga. Hal itu tercantum dalam surah al-baqarah: 261, Allah berfirman:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Yang dimaksud dengan jalan Allah adalah membantu memperjaungkan agamanya Allah, lewat pendidikan misalnya, kesehatan, dan perbuatan-perbuatan lainnya yang bersifat membantu mengurangi orang-orang susah.
Apabila dihitung secara matematis, uang senilai Rp. 10.000 di sedekahkan dijalan Allah, kemudian tumbuh menjadi tujuh kali lipat dan disetiap pertumbuhannya menghasilkan 100 kali lipat, maka hasilnya adalah: 10.000x7x100= Rp. 7.000.000,-. Ini hitungan secara matematis, belum lagi rezeki yang tak terduga dari Allah. Seandainya lebih dari angka tersebut di keluarkan karena Allah, maka hasilnya akan menjadi jawaban dari impian-impian selama ini untuk mendapatkan kesejahteraan, dan tentunya kebahagian dan kedamaian akan datang menghampiri setiap gerak langkah kita dalam hidup ini.
[1]Q.S. Ibrahim:7
Makassar, 05 maret 2012
Mahasiswa PPS UIN alauddin Makassar.
Heri iswandi, S.EI